Indonesia Again

Pre-arrival

Sudah 9 tahun aku jauh dari Indonesia. Cuma empat kali ku pulang kampung dari waktu yang lama itu. Bisa dibilang lebih dari seperempat hidupku aku habiskan di USA. Banyak hal yang ku dapatkan di sana antara lain tata cara hidup, bersosialisasi, hingga selera makan. I’ve been americanized, itu yang aku selalu bilang ke teman-teman Amerika ku.

Tetapi dengan datangnya influence-influence Amerika, menandakan Indonesia ku semakin terkikis sedikit demi sedikit. Bukan berarti darah dan roots ku sebagai orang Indonesia hilang. Lebih karena bisa dibilang aku ini berubah dari teenager jadi adult di USA, maka point of view aku sebagai adult adalah campuran dari roots Indonesia dan view of life dari USA. Gabungan pancasila, capitalism, dan liberatianism. Bukan berarti ini akan terus sama sampe aku tua. Seiring berjalannya waktu view-view ini akan berubah dan berganti.

Karena aku sudah menjadi orang yang berbeda selama 9 tahun, pulang kampung dan menetap di Indonesia menjadi hal yang menegangkan. Berbeda dengan pulang ke Indonesia pertama kali. Waktu itu aku baru setahun di USA, dan aku belom banyak berubah. Pikiranku pun masih belom mature enough untuk mengerti hidup. Semua terasa biasa saja, dan yang aku ingat cuma rasa rindu dengan keluarga dan ingin melihat makam eyang putri yang wafat saat aku di USA. Berbeda lagi dari pulang kampung yang ke empat kali. Aku udah ada pendirian dan point of view yang berbeda. Otakku sudah otak Amerika. Jadi pas pulang isinya denial kalo Indonesia itu parah. Semua yang di Indonesia itu jelek, hancur, berantakan. Bukannya membuat hati tenang, malah bikin pikiran stress. Jadi approach yang aku ambil saat pulang untuk menetap ini adalah menerima semua yang berbeda dari pandanganku dan menganggap semua itu hal wajar. Wajar di sini maksudnya berbeda dari membenarkan semua yang aku anggap salah. Salah tetap salah, tapi aku tidak punya obligasi untuk membenarkan.

Rasa menegangkan makin membesar mengingat pertengkaran aku dan ibuku karena kita punya beda pendapat. Could be the lowest point deep of my life, but I was living the dream in the US so I didn’t feel such a thing. Aku berpikir cukup lama apa membuat ini terjadi. Sampai di akhir pun aku belom bisa mengambil keputusan, tapi yang aku mau adalah mendekat ke orang tua ku karena aku merasa mereka sudah jauh dari hati ku. Semua masih terasa dekat karena adek ku sama-sama di USA, tapi ternyata itu hanya fata morgana. Keputusanku untuk pulang pun ditekadi dengan keinginan ku untuk mendekat ke orang tua. Dan untuk menghadap muka ke mereka itu sangatlah menegangkan.

Post-arrival

Sudah 6 bulan lebih aku di Jakarta, and I would say it has been tough. Di Amerika, aku hidup sendiri tanpa bantuan dana orang tua, tanpa obligasi mengurus keluarga, tanpa semuanya yang berkaitan dengan Indonesia. Saat sampai di Jakarta, I got my hands full of chores and obligation to help families. Yang paling parah, aku tidak punya personal space. Netflix bukan lagi jadi tempatku menenangkan diri, karena tidak ada lagi waktu menenangkan diri. Waktu untuk menenangkan diri cuma waktu tidur, dan aku harus membagi tidur dan Netflix, aku memilih youtube. Aku harus banyak melakukan perubahan, dan yes ini sulit.

Belom lagi proses transisi karirku di Indonesia. Aku sudah punya karir di Seattle, dan aku harus pulang dan memulai karir dari zero. Semua applicationku mampet, antara ga dibales sama sekali atau dibales bilang mohon maaf. Sempat kerja magang untuk beberapa bulan, tapi ga sampe habis karena merasa skill yang ku punya ga dipake dengan baik. Akhirnya ya bikin bisnis sendiri, bergerak sendiri, dibantu sama ayah ibu yang penting bergerak. Ada pula project sama sepupu2 tapi juga masih project jadi masih belom bisa terealisasikan. Sekarang yang penting bergerak.

Ada lagi kendala bahasa. Memang saat di Seattle aku berbicara bahasa Indonesia juga, tapi bahasa Indonesia di Indonesia berbeda. Aku masih bingung kapan harus pakai bahasa baku, kapan harus pake bahasa gaul. Kadang-kadang kurang sreg kalo pake bahasa gaul ke orang yang biasa pakai bahasa baku. Belom lagi banyak kosa kata yang aku lupa, jadi aku harus pake English buat jelasin apa yang aku maksud. Di sisi lain, aku ga mau kehilangan English ku jadi aku craving untuk ngobrol pake English ke native speaker. Dilemma yang ga begitu penting tapi kalau aku mau maju di Indonesia aku harus lanyah berbicara ke berbagai kalangan.

Tapi ada satu hal yang aku achieve selama aku di Indonesia, and I’m really proud of myself because of this. Beratku turun seberat 15 kg. Mungkin dulu aku pernah turun berat badan, tapi baru kali ini aku turunin dengan niatan sendiri dan merubah pola makan dan gaya hidup.

Ini terakhir aku foto di depan kantor.

Ini aku sekarang.

Memang masih work in progress, tapi ini achievement yang aku banggakan. Semua hal perlu waktu, termasuk mengecilkan berat badan.

Beyond

Sekarang aku fokus ke bisnis dan berbagai macam projects yang aku ikuti. Hidupku masih panjang dan aku yakin akan survive di Indonesia dengan standard yang telah ayah ibuku berikan. Ada plan untuk kembali ke US sebagai master’s student. Itu juga menjadi prioritas saat ini. Apapun itu akan coba ku kerjakan dan terus bergerak hingga mendapatkan yang aku inginkan selama ini.

Mulai Lagi

Sudah sekian lama ga pernah nulis lagi.

Bermula dari liat foto-foto jadul di facebook dan temen-temen SMA dulu masih rajin komen foto. Sekarang banyak yang lose contact dan emang sungguh amat disayangkan. Akhirnya pun cari nama mereka dengan harapan nemuin mereka di Linkedin, Instagram, or any social media there is in the world. Yang keluar malah blog ini yang dulu gue tulis satu per satu nama temen sekelas gue dan kasih deskripsi singkat yang kalo dilihat sekarang agak nyeleneh dan aib. Tapi dengan itu juga, gue mengingat kembali kelakuan kita di masa SMA. Kayak tiba-tiba ada montage di otak gue dan rasanya rindu.

Setuju banget sekolah gue bukan sekolah yang berprestige tinggi. Hanya sekolah baru yang ingin namanya dipandang lewat prestasi anak-anaknya dan memaksa anak-anaknya untuk berprestasi di paskibra. Tapi karena itu juga gue jadi salut sama paskibraka dan gue sendiri masih inget gerakan-gerakannya. Sekolah ini juga yang berjasa bikin gue pede dalam berorganisasi dan berbahasa inggris. Iya dateng ke amerika bikin semuanya jadi lebih matang, tapi semua berawal di SMA. Entah karena sekolahnya atau karena perkembangan diri gue saat itu.

 

Perjalanan gue di Amerika bentar lagi mau selesai. Cuma ada sedikit cara buat gue stay di US:

  1. Dapet Working Visa (H1-B) dari perusahaan gue. Boss gue mau perpanjang, tapi HR ga mau go a long way buat gue. Minimum requirement buat job gue bukan Bachelor’s degree, dan HR harus nambah usaha buat ngubah itu. Boss gue masih usaha tapi masa depan kurang cemerlang di sini.
  2. Ambil sekolah lagi di US. Ini lebih masuk akal, tapi gue berarti harus quit kerja dan kembali bergantung sama orang tua. Ini yang bikin gue kurang nyaman. Gue pengen banget ambil Master, tapi scholarship agak susah buat gue karena GPA gue ga seberapa dan gue kurang kompetitif kalo soal nilai.
  3. Nikah sama orang US. Temen kantor gue push gue buat kenalan sama orang US dan usaha dapetin residency dari situ. Tapi maaf, gue udah punya tambatan hati yang menunggu gue di Indonesia.

Ada jalannya tapi gue harus memilih. Atau gue balik ke Indonesia. Cari kerja, mulai karir baru, ketemu temen-temen baru, tapi gaji gue bakal jauh turun.

Gue jujur prefer balik ke Indonesia karena gue kangen keluarga gue. Gue ninggalin mereka hampir 9 tahun dan sekalinya pulang paling mentok cuma 3 bulan, dan itupun cuma sekali. Gue udah merasa pemikiran gue udah jauh berbeda dan gue pun juga udah dewasa. Ortu juga udah makin tua juga. Sepupu-sepupu gue yang main bareng juga udah pada kerja dan gue ga tau perkembangan mereka gimana. Tapi dengan begitu gue harus sacrifice karir gue mundur selangkah yang mudah-mudahan bisa maju sejuta langkah setelah itu.

 

Masih banyak yang mau gue ceritain lagi di blog ini. Ortu gue juga maksa-maksa mulu buat balik lagi ke nulis. Pas gue liat tulisan gue dulu, emang agak menyedihkan. Cringy tapi itu menunjukan gue pede aja ga peduli orang ngomong apa. Let’s see gue bakal nulis apa lagi. Yang pasti gue mau cerita soal keluarga dan struggle yang gue alami. Mungkin juga gue cerita tentang film-film yang gue bakal missed out pas gue pulang ke Indonesia karena tololnya LSI dalam mensensor film. Sekian dulu buat sekarang. Nanti lanjut lagi.

Another Step, Another Farewell

You know the feeling when you want to stay but you can’t? If you don’t know how it feels, try it sometimes. If you do, this feeling has been in my mind for about a week. I had to do what I need to do in Port Angeles. My job is done and I don’t have anything to do left. Now, I need to move on. But this place created a chain locked to my heart. My heart still does not want to go. What can I do? I guess I have the key to unlock that that chain. It’s all on me now.

This past year has been amazing. I have made a right decision by choosing Peninsula College as my next destination. Peninsula College is only a u-turn route on my journey. I supposed to redeem myself by getting good grades, and fortunately, I did it. I have finished my AA degree here with GPA that a lot more amusing than before. I did the best I could and my mission has accomplished. End? No. I did not do it by myself. Does not mean I was cheating all the time, no. Before I came to the peninsula, I was mentally damaged. My conscious mind was alright, but my heart was like a fish on dirt, no help. My super mom helped me to recover. She was the first person to help to get up. But her help was not enough, because when she left, I had to stand up by myself. At this time, my friends came to save me, especially International friends, specifically Indonesian friends. My first rule when I am settling to a new place, I need to find a community that has a similarity with me. Since I am an International students, I found my International friends. Since I am an Indonesian, I found my Indonesian friends. Since I am a Muslim, I tried to find a Muslim community but I could not find one, although some Indonesians here are Muslims. My rule works so well here. I got friends who were kind to me and also supported me to get what I need. I have never felt so free in my life. I always acted like I am tough or had no problem at all, but with them, I could showed my emotion, my craziness, or simply just me. I could be myself. I felt like I found a place to show who I am, and it feels good. Thank you to all my friends. You guys shaped me to who I am right now. You guys saved me from the deepest hole in my life so far, and successfully pulled me up to the surface where I can see my face proudly. I had no strength before I came here, and you guys gave me strength. I am sorry if I was a bit crazy, too much sometimes. I was just expressing my feeling that I am happy to be around with you guys. I am sorry too that sometimes became like Mr. know-it-all, but actually I don’t know much. I was just wanna help you guys so you won’t be in the same position as I used to be.

Thank you for all the memories. My mission in PA is done. It is hard to live this town and my friends. I need to unlock this chain lock that attach my heart and you guys. This chain lock is full with memories that you guys created for me. Can I keep this chain lock after I unlock it? I really wanna keep this chain lock and sometimes recall our memories. I wanna feel a nostalgic moment when I reimagine what we used to do together. I won’t lose this chain lock, and I will keep it. I guess I am ready to unlock it. Thank you so much guys. I will see you again some day.

Cornetto Trilogy

Beberapa minggu lalu gue sempat menghabiskan 6 jam di bioskop untuk nonton film. Itu rekor gue nongkrong di bioskop (maen di XXI ga termasuk). Tapi pengalaman ini, mungkin, hanya akan didapatkan di USA. Gue sih belom pernah marathon film di bioskop di Indonesia, pernah marathon di rumah dan ujung-ujungnya ketiduran. Dan marathon yang gue tonton adalah salah satu trilogy yang gue suka dibikin oleh sutradara yang gue suka diperankan oleh aktor yang gue suka. Sayangnya lokasinya gue kurang suka, popcornnya gue kurang suka, dan gue nonton sendiri….. Anyway I had a blast!

Cornetto trilogy adalah trilogy, yang resmi sekarang, dari 3 film yang berbeda dengan karakter yang berbeda dan cerita yang berbeda. Kenapa bisa jadi trilogy? Karena setiap filmnya ada cornetto. Tapi ga cuma itu, ketiga film ini mempunyai tema yang sama. Secara kasarnya 3 film ini adalah parodi, tapi jangan samakan dengan Scary Movie. Tapi ini bukan sekedar parodi, ketiga film ini adalah homage untuk genre nya masing-masing (homage: penghargaan). Trilogy ini terdiri dari 3 genre zombie, buddy cop, dan sci-fi. Tapi jangan anggap ketiga film ini serius karena ketiga film ini sangatlah lucu. Pertama adalah Shaun of the Dead, film tentang lelaki yang ingin mengubah kehidupan asmara dan keluarganya ke arah yang lebih baik di saat zombie menyerang. Kedua adalah Hot Fuzz, film tentang polisi yang dipindahkan ke kampung dan menemukan hal ganjil di kampung terbaik tersebut. Dan yang ketiga, yang terbaru, yang lagi main di bioskop, The World’s End, film tentang seseorang yang mengajak teman-teman SMA nya untuk menaklukan pub crawl di desanya dan terjadi sesuatu yang aneh disana. Susah untuk ngejelasinnya kalo buat orang Indonesia karena kita ga punya kebiasaan ini. Paling gampang sih, kalian rame-rame ngerasain semua nasi goreng di deket rumah kalian dalam semalem. Begitulah sinopsis ketiga film ini. Dibintangi oleh orang yang sama Simon Pegg dan Nick Frost dan disutradai oleh salah satu sutradara favorit gue, Edgar Wright.

Gue belom pernah nonton film-film ini di bioskop. Sampe akhirnya nonton marathon ini. Gue gatau apa mereka keluar di bioskop Indonesia ato engga, yang pasti The World’s End engga. Gue sangat menyayangkan kenapa trilogy ini ga ada di Indonesia. Dari ketiga film, yang pertama kali gue tonton adalah Hot Fuzz dan itu sangat nempel di otak gue. Gue nonton di HBO dan cuma scene terakhir dan itu fuck yeah awesome motherfucka. Dan perasaan itu yang gue dapet pas nonton di marathon ini, walopun gue sendirian….. Anyway, I had a blast! Untuk pertama kalinya gue liat reaksi orang-orang nonton film-film ini. Sebelumnya gue hanya menunjukan film-film ini ke temen-temen dan ada yang ketawa lebar ada yang ketawa “meh”. Dan kali ini gue melihat, mendengar, dan merasakan reaksi orang-orang yang sependapat dengan gue betapa bagus nya trilogy ini. Dan gue pasti akan beli DVD asli yang lengkap ketiga nya kalo udah keluar, pasti.

Kayaknya makin kesini tulisan gue ga terlalu lucu ya. Entah gue nya yang ga mencoba melucu ato gue emang udah ga lucu lagi. Ya entah, ini tulisan terbaru setelah beberapa lama ga nulis. Ini niat nulis juga berkat terinspirasi teman. Selama ini gue nyoba nulis script film dan gue bener-bener ga ada ide mau nulis cerita apa. Paling pojok adalah scene pertama. Itu juga gatau mau dibawa kemana tuh film. Kalo punya ide, bagi-bagi ya, kalo filmnya jadi biar sukses bareng nanti.

Diambil dari blog Edgar Wright

Permias Pullman

Halo semua! Lama udah ga ngepost. Lama juga gue ga nulis. Udah banyak hal yang gue jalani, tapi belom sempet dibikin post nya. Itu yang dulu aja gue bilang pengen ngepost tentang rec center di UAB, eee sekarang udah di Pullman. 

 
Gue di WSU sekarang menjabat jadi wakil ketua permias pullman. Dulu gue menjabat sebagai ketua, tapi karena kerja gue kurang memuaskan dan pretty much ga ngapa-ngapain, gue mengundurkan diri sebagai ketua dan turun sepangkat. Gue tidak bersedih atau menyesal, gue malah senang jadi tanggungan gue cuma membantu ketua. 
 
Jadi ada program kita bikin website permias pullman. Websitenya resmi, isinya ga begitu resmi. Kita sharing cerita, artikel, berita, macam-macam deh. Gue sih seperti biasanya gue cerita tentang pengalaman hidup. Bukan berarti gue bakal pindah rumah, engga. Cuma sementara kerja kesana. Blog ini hmmm…. Gue udah lama banget juga sih ga update dan gue nulis juga mood-moodan. Ini mau nulis juga karena ada semangat dari permias pullman. Kalo engga mah udah mau rubuh kali ni blog ga gue urus-urus.
 
Website permias pullman adalah http://permiaspullman.org 
 
Tolong ya di share, di baca, di comment, supaya ni website bisa mendunia. Semua yang ada disitu bahasa inggris. Masa iya kita ngasih orang bule bahasa indonesia, bingung mereka.

Selamat Jalan Eyang Putri

Air mataku masih berlinang saat membuat tulisan ini. Awal aku tidak menyadari bahwa ini akan terjadi. Hanya kabar eyang sakit yang terdengar di telinga. Aku pikir hanya sakit biasa. Lalu aku tertidur karena hari sudah malam. Bunyi handphone selalu mengganggu tidurku. Ku lihat, ayahku menelpon dari Jakarta. Aku lanjut tidur. Aku tidur tidak tahu diri, aku bangun jam 11:48am. Lalu kulihat Iphone ku. Adik-adikku sudah me-mentionku di twitter. Mereka bilang, eyang telah tiada. Aku kaget dan pikiranku kosong. Aku tidak menangis sama sekali. Sampai akhirnya ku coba telpon ke Indonesia. Aku menelpon ayahku, dia menceritakan kronologi semuanya. Lalu ayahku mengopernya kepada ibuku. Disinilah aku mulai menangis. Ibuku bilang eyang selalu mendoakanku, selalu senang kalau ibuku cerita tentangku.

Tapi apa yang kulakukan disini? Aku banyak melakukan kesalahan diawal yang berakibat fatal diakhir. Nilai-nilaiku jeblok. Aku merasa bersalah. Eyang sudah mendoakanku, tapi apa yang kulakukan. Ibuku bilang, berjuanglah seperti eyang. Entah kenapa ibuku paling hebat menbuatku menangis. Aku tidak tahan lagi. Aku menangis kuat sekali. Aku teringat ada satu benda yang eyang kasih di saat aku berangkat ke Amerika. Saat itu aku sedang menangis juga di bandara. Eyang memberiku sapu tangan untuk mengusap air mataku. Saat ini, kupakai sapu tangan ini untuk mengusap tangisku karena pemberinya sudah tiada. Air mataku deras keluar saat ku temukan sapu tangan ini.

Selamat tinggal eyang. Aku sampai belum berdoa untuk kesembuhanmu, Sekarang aku hanya bisa berdoa agar kau tenang disana. Akan ku ingat selalu dirimu yang. Aku selalu ingin berbicara denganmu, tapi selalu susah untuk menghubungimu. Aku ingin bertemu denganmu sekali lagi yang. Mungkin hanya dalam mimpi. Aku hanya bisa mendoakanmu dari sini saja. Aku tidak menyangka semua ini. Aku sayang eyang putri. Maafkan aku dan aku selalu memaafkanmu. Terima kasih yang atas semuanya. Sampai saat ini aku masih menangis dan Insyaallah aku bisa kuat. Terima kasih atas sapu tangannya.

 

Lebaran

For being Muslim, idul fitri is a big day after we fasting for one month. Sebuah kebahagiaan tentunya bagi seluruh umat islam di dunia untuk merayakan idul fitri. Awal nanya orang timur tengah, “When is idul fitri? id? aid?” Bingung gue mau ngomong apa. Soalnya kan antara Bahasa Indonesia sama Arabic beda penyebutan. “Ooooh eid, yes yes, I see.” Dan akhirnya bisa nyambung juga. Gue lumayan dapet banyak temen dari timur tengah. Di Birmingham, Alabama gue dapet beberapa temen dari Egypt alias Mesir alias Mesr’. Orang Mesirnya sih yang bilang Mesr’. Kalo di Pullman gue punya beberapa temen dari Saudi Arabia sama UAE alias Uni Arab Emirate. Ga jauh beda sih perilakunya. Ada temen gue orang arab bandel bener. Doyannya ngebut, mana mobilnya Nissan 350Z. Tapi doyan solat. Hampir semuanya suka solat, rajin. Salut deh sama mereka.

Tahun ini Ramadhan di Pullman cuma 29 hari. Jadi Lebarannya tanggal 30 Agustus. Di Indonesia malah ribut-ribut nentuin jadwal, disini udah langsung ngikutin ISNA (Islamic Society of Northern America). Di hari yang fitri ini gue mengawali hari dengan…. terlambat ke mesjid -___- Jadwal solatnya jam 7:45 am sedangkan gue bangun jam 7:30 am dan jalan kaki dari asrama ke mesjid sekitar 20 menit, belom lagi mandi dan segala macem. Alhasil gue dateng solat sama khotbah udah selesai. Padahal gue pengen banget solat disini. Paling engga denger ceramah lah. Jadinya gue dateng langsung ketemu Andika. Dia temen baru gue orang Indonesia. Andika Mulia. Udah tahun terakhir ato senior. Ngakunya asal Kediri tapi lama tinggal di Depok. Awal gue bingung, nih orang Kediri tapi kok ngomong nya gue lo. Setelah diuwek-uwek baru ketauan deh. Pas dateng gue ketemu dia sama Kamil. Kamil orang Malaysia udah lama tinggal di Pullman. Trus gue ketemu lagi sama Khaled. Nama panjangnya Khaled Al Askhari. Dia orang UAE. Gue langsung salam-salaman sama mereka. Kalo adat mereka, ga ada yang namanya mohon maaf lahir dan batin. Disini hanya menyebutkan selamat hari raya ato Eid Mubarak. Itu artinya hari Eid yang berkah. Gue langsung nyari temen-temen gue dan salam-salaman. Disini mana ada angpao ato salam tempel, wong gue bukan siapa-siapa. Gue ketemu Tony, Muhammad, banyak deh. Itu temen-temen gue yang gue temuin selama Ramadhan ini.

Awal gue dateng gue ga kenal siapa-siapa. Jadi pas Orientation langsung nyari orang yang sejenis sama gue. Maksudnya orang Indonesia ato orang Islam. Sebelumnya gue udah ke mesjid sendirian dan gue udah ketemu Syihan, orang Malaysia. Dia yang bantuin gue sebelum ga kenal siapa-siapa. Dari dia gue kenal Bang Ramon, orang Indonesia dari Aceh. Hanya sedikit orang Indonesia disini. Hampir sama kayak Birmingham cuma disini mayoritas student. Dan akhirnya gue menemukan orang Indonesia pribumi yang Islam. Ini yang bikin gue seneng.

Lanjut ke Lebaran. Abis sarapan di mesjid gue ngobrol-ngobrol dulu sama Bang Ramon sama Andika. Yah ngomongin macem-macem. Setelah beberapa lama baru kita rumah Mbak Farita. Dia nyediain makanan. Lumayan nih makan ketupat di Amerika. Ga bener-bener sih, bukan ketupat pake janur. Tapi ya gapapa lah mengobati rasa rindu sama Indonesia. Ada gule kambing sama lodeh. Tapi gue masih ngerasa ada yang kurang. Bumbunya udah pas, cuma kurang ada rasa. Akhirnya gue campur aja pake ikan teri jadi asinnya pas.

Inget lebaran jadi inget keluarga. Baru pernah ngerasain lebaran tanpa ada keluarga. Pas banget tadi malem webcaman sama mereka. Kangen jadinya. Mereka beberapa udah pada lebaran hari Selasa. Kalo dari pemerintah tanggal 31 lebarannya. Yah karena yang liat ini pasti orang Indonesia pasti tau lah ya. Padahal udah berbulan-bulan gue ga kangen sama mereka. Gue berasa nyaman disini. Tapi setelah malem itu, gue merasa kangen sama mereka. Pengen ketemu sama mereka semuanya. Ini lah rasanya merantau dan ga bisa pulang. Kangen banget sama makanan ibu. Gatau juga sih ibu masak apa engga. Tapi gue pengen ketemu mereka buat ngerayain lebaran bareng. Yah ini lah isi hati gue sekarang. Sedih tapi harus tetep jalan. Toh nanti juga ga kerasa insya allah. Dan berarti mulai sekarang gue makan udah ga ada yang gratis. Tunggu Ramadhan taun depan. Soalnya pas puasa itu mesjid selalu ada yang bawa makanan. Makanya jadi rajin ke mesjid

Transfer ke Washington State University

Udah lama ga updet lagi nih di blog. Sekalinya updet gue udah di Pullman deh. Oke ceritanya lumayan panjang, tapi ga sepanjang Harry Potter kok yang sampe 7 buku. Dari dulu gue mau ngambil major Food Science, ato mungkin di Indonesia sering dibilang teknologi pangan. Engga dari dulu juga sih, berawal dari kegalauan gue mencari jati diri untuk masa depan. Awal gue mau masuk teknik kimia. Dan tujuan gue ITB. Ortu udah ngasih kebebasan buat gue buat kemana nantinya gue melanjutkan studi, termasuk studi ke luar negeri. Gue dengan amat sangat bijaksana memilih ITB karena, katanya, biaya sekolah bisa murah. Jadi gue berusaha buat banting tulang buat mencapai situ. Tapi gue memang masih ada keinginan buat studi ke luar negeri. Awal juga ga kebayang bisa nyentuh tanah Amerika. Oke lanjut ke cerita awal. Tapi gue mikirnya itu teknik kimia ada hubungannya sama makanan. Pas gue uwek-uwek kesana-kemari, makanannya itu cuma sedikit banget, sedangkan gue ga terlalu suka sama gas metane ato bensin. Ya, teknik kimia itu lebih kearah kimia karbon. Yah gue emang seneng kimia, gue juga ngerti karbon-karbon begituan, tapi gue merasa gue kurang sreg sama karbon-karbon yang menghasilkan reaksi kalo dibakar. Dan gue bertemu Pak Darwin, guru PKN gue, sekaligus guru BK tempat konsultasi buat kuliah. Guru BK nya bukan buat gaji, cuma buat informasi ke siswa. Kalo guru BK nya yang asli… Yah jangan ditanya deh, nongol aja ga pernah. Tes psikotes juga setengah-setengah. Kayak kopi torabika dong, susunya full ga setengah-setengah. Eh maaf jadi iklan, btw lama ga liat iklan Indonesia. Lanjut lagi. Gue konsultasi ke Pak Darwin, “Pak, saya mau teknik kimia tapi tekniknya lebih ke arah makanan pak, gimana ya?” Dia jawab, “Ah kamu maunya apa dong bwikikikiikik.” Itu tawa khasnya dia. Dia nganjurin gue buat ambil teknologi pangan. Dia tawarin IPB ato UNPAD. Nah dari situ gue udh ada gambaran nih. Dan hati gue terasa membara setelah tau jurusan itu. Pulang dari asrama gue langsung bilang ke ortu kalo gue mau jurusan itu. Gue juga ngasi option dua university itu. Ortu agak kurang yakin, tapi gue udah terlalu bersemangat. Akhirnya gue nanya temen bokap gue yang kerja di bank. Mungkin dia tau antara dua itu yg lebih sering dapet tawaran kerja yang mana, dan dia bilang IPB. Oke semangat gue makin berkobar masuk IPB. Tapi tetep ortu ga yakin sama pilihan gue. Sempet cekcok tuh disitu. Akhirnya ortu ngasih penjelasan, “kalo bisa yang lebih bagus, kenapa engga.” Yah memang IPB terkenal dengan Institut Perbankan Bogor, bukan Pertanian. Udah ada contoh dari keluarga gue. Om dan tante gue ada yang lulusan IPB. Mereka berkarir dibidang yang sangat jauh dari ilmu yang mereka pelajari. Mereka belajar kedokteran hewan, tapi hasilnya jadi kerja di asuransi. So I clearly know why my parents not sure about my decision. Dan pilihan gue jatuh di Amerika.

Yah UAB bukan pilihan pertama gue. Ada beberapa offer dari Mr. Kurniawan, btw dia yang bantu gue ke amerika. Dan UAB yang termurah dari yang lain. Murah murahnya amerika, tetep masih murah Indonesia. Tapi ortu udah kasih lampu hijau ya kenapa ga diambil. Awal gue ngejar UAB juga karena dia yang ngasih I-20 pertama kali. I-20 ini surat untuk mengajukan visa, surat ini tanda bahwa kita udah diterima oleh institusi pendidikan. Dan gue juga mau ngambil summer classes. Karena waktu udah mepet juga ya jadi masuk situ dulu. Tapi di UAB ga ada Food Science. Nah ini yang jadi masalah. Kalo di UAB ada food science sih gue bakal tetep disana. Udah pewe sih. Setelah cari-mencari University yang ada gue Food Science nya, akhirnya pilihan kita jatuh ke Washington State University.

Dan sekarang gue udah di WSU. Tempatnya nyaman banget buat belajar. Jauh dari kerumunan. Ga kayak UAB yang di downtown kota terbesar di Alabama. Pullman hanya kota kecil yang setengahnya adalah University. Adem disini, ga kayak Birmingham. Saljunya pun ga tahan, menurut berita begitu. Transcript gue udah ditransfer semua. Lumayan kan jadinya udah nyicil 6 credits. Oiya bagi yang hanya mengenal SKS, credit hours sama kayak SKS. Kebanyakan kelas bernilai 3 credits. Gue sendiri merasa nyaman pindah di Pullman. Kotanya aman. Dan yang paling gue seneng, ada mesjid deket dan orang-orangnya ramah-ramah. Gue juga menemukan satu orang Indonesia yang Islam dan dia berkeluarga. Keluarganya tinggal di Pullman juga. Gue ga sabar buat masuk kuliah. Lumayan padet jadwalnya tapi mudah-mudahan menikmati.

Bagi kawan-kawan yang masih bingung akan pilihan hidup. Janganlah menyerah. Cari yang apa kalian seneng. Jangan ikutin orangtua. Jujur orang tua gue ngasih gue kebebasan. Bahkan mereka gatau apa itu Food Science. Gue sendiri juga masih ingin mencari tahu, makanya gue pilih ini. Dan karena passion gue ada di makanan. Kadang kita ga menyangka hobby bisa jadi pekerjaan. Yah itu terjadi kok. Musisi, atlet, seniman, smuanya kan berawal dari hobby. Yah kebanyakan kita terhalau oleh orang tua. Gue patut bersyukur bisa memilih jalan gue sendiri, walaupun juga gue masih belom jelas jalan yang gue ambil, tapi gue udah merasa senang berada di jalan ini. Kawan, janganlah menyerah mencapai yang kau inginkan. Inget, memang sukses belum tentu uang akan ikut berjalan, tapi kalo kalian mengikuti apa kata hati, kalian akan mendapat kesenangan bekerja nantinya. Jangan takut miskin, orang miskin ada rejekinya juga kok. Tuhan udah ngatur itu. Asal berani ambil resiko, kalian bakal mendapat hal yang lebih besar dari yang kalian bayangkan. Kalo dibilang, tinggal sendiri di amerika tanpa keluarga itu resiko tinggi loh. Tapi gue menemukan kesenangan sendiri disini. Dan gue yakin, setelah lulus dari sini gue bakal bisa lebih dari bokap gue, btw itu cita-cita gue. Bisa lebih dari ayah. Jadi kalian yang masih bingung pilihannya salah apa engga, ga usah takut. Asal kalian denger kata hati kalian dan berani ambil resiko, dijamin deh sukses menunggu dan keran uang siap. Gampang kok cari yang sesuai dengan hati, pasti ada deh satu ato dua hal yang bikin lo curious banget buat ngerjainnya ato menelaahnya ato mencari tahu tentangnya, nah itu kata hati lo.

Kuliah Pertama di USA

Hello, I’m in USA now. Akhirnya bisa nge-blog lagi. Mumpung juga lagi ga ada kerjaan. Tenang homework udah beres semua. Oya hari ini hari kedua gue jadi mahasiswa. Rasanya? Hmm campuran manis, asem, asin… Oh itu nano-nano ya. Ya karena gue baru aja lulus (belom resmi sih) rasanya sih biasa aja. Kayak sekolah biasa kok. Tapi ini summer school ya, jadi lebih senggang. Gatau deh fall nanti padetnya kayak apa.

Okay, so in the first day in University, gue ngerjain 3 tes. Sadis emang nih orang pada, tapi ya gimana, itu buat nempatin gue di kelas yang mana nantinya. Jadwalnya sih harusnya pagi itu gue ada math placement test, nah terjadi miscommunication disini antara yang bikin tes sama yang bantu gue supaya jalan gue ga terlalu berliku. Ini semua karena gue telat dateng. Telat dateng ke Birmingham, AL. Oya gue ini kuliah di University of Alabama at Birmingham. Disini terkenal dengan medical nya. Gue disini hanya untuk summer. Gatau deh nanti begimana. Oke lanjut, trus paginya gue dikasih ESL Test. Itu tes Bahasa Inggris untuk anak-anak yang First Language nya bukan Bahasa Inggris. Sayang, hasil tes gue kurang memuaskan. Gue dapet kelas preparation dulu. Nah abis ini gue bolak-balik antara Hill University Center sama Campbell Hall, which is itu tempat gue preparation sebelum masuk kelas. Nah pas lagi bingung-bingung gini, gue email-emailan sama Stacye, dia itu penerima gue disini. Orangnya sungguh baik, very welcome and nice. Trus gue dibilangin hari ini gue punya Chemistry class 100. Jadi di summer ini gue cuma ambil 2 subjects. Sebenernya bisa 4, cuma gue kan baru trus telat dan belom terbiasa dengan sini, so gue reduce class nya. Chesmistry nya itu jam 1 pm. Abis itu gue disuruh ke ruangan dia. Gue ngejelasin kalo gue dapet tes ESL dan Math nya bakal besok. Eh semua diubah. Math gue dimajuin supaya bsa tau kelas gue yang mana. Untung masih ada yang nyantol-nyantol dikit. Gue dapet 2 tes. Tapi pas mau ngerjain tes, ternyata eh ternyata, Chemistry nya itu jam 11. Langsung gue lari sama Nate, he replaced my regular academic advisor and he ‘s so nice, ke tempat kelas gue berada. Pertama gue masuk kelas langsung duduk di belakang. Eh Nate manggil. Ternyata gue salah kelas hahaha, aduh Nate nih ga liat-liat dulu. Untung lah gue masih diperbolehkan masuk di kelas gue. Namanya Mr. Harville. Baru liat beberapa menit kayaknya cara ngajarnya asik, I like that. Abis itu gue balik lagi ke tes Math. Ga makan nih siang-siang. Ya jadi perut gue rada-rada ga enak. Pas tes gue ngerjain dengan santai. Semua aman terkendali. Calculus maupun Advanced Math. Hasilnya gue ditaro di kelas pre-calculus. Class ini lumayan tinggi jadi buat anak-anak Indonesia ga usah takut ke USA buat belajar. Oke jadwal gue akhirnya fix. Semua udah di set sedemikian rupa dan hasilnya, every weekdays I get one class a day. So gue punya banyak jam kosong. Entah itu buat tidur ato olahraga di Recreation Center. Ohya oke abis ini gue coba nge post tentang Recreation Center. Moga-moga bisa motret trus sempet ngeblog.

In the second day I got my Math class 105 section LA. And the lecturer is Mrs. Kravchuk. Nama yang aneh. Ini pertama kalinya gue ikut kuliah dari awal. Sangat interesting. Pagi-pagi bangunnya agak susah karena abis webcaman sama Igon, Simon, Vino, sama Aulia. Rame kemaren malem. Oke gue masuk kelas jam 8 am teng. Ga ada yang boleh telat, kalo telat langsung dibuang dari situ. Pas dateng, classmate gue banyak yang bule. Ga beberapa lama, ada juga yang item. Eh ternyata ada yang sekelas lagi sama gue. Namanya James Smith. Pas pelajaran, gue ga terlalu nyambung sama yang diomongin lecturer. Dia ngomongnya belibet dan membosankan. Kacau nih. Akhirnya ya gue liat di whiteboard aja. Abis itu kita disuruh ke lab untuk take a quiz. Tapi gue harus punya buku dulu, sayangnya gue ga punya buku. Yaudah yang ga punya buku disuruh pulang. Dan gue ketemu orang lagi, dari kelas Math yang sama. Namanya Cornelius, orang item juga. Asal Birmingham cuma lahir di Colorado. Dia bawa gue ke Sterne Library. This library is so big. PU kalah lah. Dan waktu berlalu dan gue ketemu ibu. Ayah udah pulang tadi pagi. Agak sedih sih tapi ya harus. Kita ngobrol-ngobrol banyak sama Stacye dan kita diundang ke meetingnya International Student. Gue sih oke oke aja, lumayan nambah temen. Eh sorenya gue telat dateng. Parah. Tapi gapapa mereka welcome. Dan who knows, gue yang paling muda. Bahkan gue belom cukup umur buat minum bir di Amerika. Tapi selamanya ga akan gue minum-minuman alkohol, sebisa mungkin.

Oke I think enough for today. I have class tomorrow at 11 am so see ya next time. I’ll hope you inspired by me and make your heart strong to try studying abroad. In the first time, I’m scare. Until now I’m still think of that, but put it off from your brain because it just make you always at home. And don’t forget to comeback to your country. That is your nation, you will always be your nation. Don’t forget your family and friends. Jaya Indonesia ku!!!!

Ke Amerika

Setelah SMA masih ada kuliah. PTN selalu jadi prioritas hampir seluruh siswa di Indonesia. UI dan ITB adalah yg terfavorit, menurut survey yg gue teliti sih berkata begitu. Sedangkan gue, gue akan merantau. Bukan keluar pulau atau ke negara tetangga, tapi gue akan merantau ke benua lain. Banyak orang yg kaget akan rencana gue. Mereka pikir berani sekali anak ini, apalagi gue ga punya keluarga sama sekali disana. Kalo dipikir-pikir sih emang extreme banget ya gue kesana, cuma modal nekat sama duit. Mungkin ini emang mimpi gue selama ini. Sejak mengenal American Football gue jadi pengen banget ke Amerika. Gue pengen banget nyobain ni olahraga. Cuma ya karena emang takdirnya bangsa Asia Timur itu kecil-kecil mungkin bikin gue jadi agak nervous kalo main American Football. Tapi itu ga membuat gue surut, keinginan gue ke Amerika masih tinggi. Adalagi soal makanan. Ya you know lah kalo orang Amerika porsi-porsinya makan gimana. That’s what I want. Apalagi disana gue bakal ambil jurusan Food Science, makin seru deh.

Perjuangan gue buat sekola di Amerika ga gampang. Mungkin untuk masuk ke University nya sih ga susah, tapi prosedur yg harus dijalanin ini yang membuat susah. Awal dari pengiriman nilai rapor, semua harus berbahasa Inggris. Berarti gue harus minta rapor gue jadi berbahasa Inggris. Ga susah sih mintanya tapi ribet aja. Trus lagi masalah visa. Ini dia yang paling susah. Gue harus nunggu I-20 yang dari University yang menerima gue. Trus kalo udah berarti saatnya wawancara di kedutaan. Ini prosedurnya gila-gilaan. mau janjian jam berapa aja, kalo yang paling pagi dateng, itu yg pertama diwawancara. Gue sama Otniel, temen yg ikut ke Amerika, agak-agak bingung, tapi semuanya berhasil lancar dan passport kitapun di release dengan visa Amerika di dalamnya.

Dan waktu gue di Indonesia udah makin sempit. Indonesia bakal gue tinggal selama 4 tahun. Waktu yg cukup lama tapi hanya sebentar untuk mencari ilmu. Gue masih belom menentukan plan gue ke depan. Akankah gue tinggal di Indonesia apa malah tinggal di Amerika, entah lah yg pasti yg bakal membuat gue bahagia. Sekalian gue mau pamit sama orang-orang di seluruh Indonesia, doakan gue mau mengambil ilmu di negeri orang. Tanggal 19 mei gue udah berangkat. Berarti udah kurang dari seminggu lagi gue berangkat. Sampai jumpa lagi Indonesia, aku akan selalu bangga menjadi anak Indonesia. Akan kubawa nama Indonesia berkumandang di dunia. Amiiiiin ya robbal alamin